Pemimpin Perusahaan yang Tangguh
Muhammad Subair
Pengusaha Muslim, Pemilik Guyub Teknologi Nusantara
Semua pekerjaan, besar maupun kecil, harus dilakukan
oleh orang yang tepat. Istilah populernya, right man in the right place.
Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan, “Jika suatu urusan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk
mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR al-Bukhari)
Pemimpin memegang kendali terhadap apa yang
dipimpinnya. Dan di tangan pemimpin, masa depan perusahaan dan seluruh stake
holdernya ditentutan. Seorang pemimpin perusahaan yang ideal, harus mempunyai
kapabilitas dan profesionalitas.
Dan sudah begitu banyak buku manajemen maupun
psikologi karya para ahli, mencoba merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan
yang tangguh dan efektif. Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective Person
(1989), Stephen R Covey menguraikan beberapa kriteria pemimpin organisasi yang
efektif. Yaitu:
Pertama, mau terus belajar. Pemimpin harus
menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang tiada
henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya.
Kedua, berorientasi pada pelayanan. Pemimpin yang
baik, akan melihat kehidupannya sebagai misi, bukan karir. Ukuran
keberhasilannya adalah bagaimana ia bisa menolong dan melayani orang lain.
Karena dasar kepemimpinannya adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
Ketiga, memberikan energi positif. Energi yang
dipancarkan ini akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Sehingga pemimpin
berkarakter ini dapat tampil sebagai juru damai dan penengah, untuk menghadapi
dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
Keempat, mempercayai orang lain. Dengan mempercayai
orang lain, maka pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi
dari pekerjanya.
Kelima, memiliki keseimbangan hidup. Pemimpin
efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri,
bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
Keenam, jujur pada diri sendiri. Sikap ini
ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan,
sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
Ketujuh, mau melihat hidup sebagai sesuatu yang
baru. Pemimpin seperti ini akan memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis
dan cerdik bersikap.
Kedelapan, memegang teguh prinsip. Ia tak akan mudah
dipengaruhi, namun untuk hal-hal tertentu ia dapat bersifat luwes penuh harus
kompromi.
Kesembilan, sinergistik. Pemimpin harus menjadi
katalis perubahan. Sehingga setiap situasi yang dimasukinya, selalu diupayakan
menjadi lebih baik. Karena ia selalu produktif dalam cara-cara baru dan
kreatif.
Kesepuluh, selalu memperbaharui diri. Pemimpin harus
bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia. Yaitu fisik,
mental, emosi, dan spiritual, untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (Managing People is like
Herding Cats, 1997) mensyaratkan beberapa karakteristik sebagai pemimpin
perusahaan yang tangguh:
Pertama, pengenalan diri. Pemimpin yang tangguh
pasti mampu mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Ia akan sering
menggunakan jasa pihak lain untuk memberi masukan dan pemahaman atas
kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, ia dapat bergerak maju
memperbaiki kekurangan, dan melesat jauh bersama kelebihannya.
Kedua, terbuka terhadap umpan balik. Pemimpin yang
efektif akan mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan
berharga mengenai perilaku dan kinerja dirinya. Ia cenderung memiliki gaya yang
terbuka. Dalam proses pembelajaran itu, ia akan menjadi sangat reflektif
terhadap apa yang dikerjakannya, kendati itu dapat membuat dirinya rawan
terhadap kritik.
Ketiga, pengambil resiko yang selalu ingin tahu.
Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko, dan selalu ingin tahu,
bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil resiko sangat besar dan
membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya. Hampir selalu
terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam
kehidupan mereka.
Keempat, konsentrasi pada pekerjaan. Pemimpin yang
tangguh adalah orang yang walau berkemampuan kecil dalam hubungan antarpribadi,
tapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Matanya tajam fokus pada
pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi-misinya.
Kelima, menyeimbangkan tradisi dengan perubahan.
Alfred North Whitehead pernah mengatakan, pemimpin efektif harus memiliki
keterikatan, baik dengan budaya maupun kebutuhan perbaikan dan perubahan.
Keenam, bertindak sebagai model dan mentor. Pemimpin
yang tangguh akan bangga menjadi mentor, dan merasa menang ketika berhasil
melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ia akan menghargai kemenangan itu dengan
menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan
semua pengalaman secara didaktik.
Selain dua rumusan karakteristik di atas, masih
banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan
efektif. Enterprising Nation (1995) mensyaratkan untuk menjadi pemimpin
perusahaan yang tangguh harus memiliki delapan kompetensi. Yaitu: people
skills, strategic thinker, visionary, flexible and adaptable to change,
self-management, team player, ability to solve complex problem and make
decisions, dan ethical/high personal standards.
Sedangkan American Management Association (Eighteen
Manager Competencies, 1998) menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki
manajer tangguh. Yaitu: efficiency orientation, proactivity, concern with
impact, diagnostic use of concepts, use of unilateral power, developing others,
spontaneity, accurate self-assessment, self-control, stamina and adaptability,
perceptual objectivity, positive regard, managing group process, use of
sosialized power, self-confidence, conceptualization, logical thought, dan use
of oral presentation.
Prinsip Kriteria Islam
Target konsep-konsep modern di atas, terlihat hanya
untuk mendapatkan keuntungan dunia. Sementara Islam telah memberi solusi lebih
dari itu, agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat,
di samping dunia.
Sebagai agama yang komprehensif dan lengkap mengatur
segala aspek kehidupan manusia, Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang
secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas,
wewenang, tanggung jawab manusia di muka bumi. Tak terkecuali dalam memimpin
perusahaan.
Setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai
pemimpin, harus mampu terus memegang prinsip-prinsip Islam (Qs. al-Baqarah [2]:
208). Dan Islam telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna
untuk membentuk pemimpin yang ideal. Yaitu:
Pertama, prinsip ibadah. Seorang pemimpin pada
hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Maka sudah seharusnya seluruh amal
perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha-Nya (Qs.
adz-Dzâriyat [51]: 56, dan an-Nisâ` [4]: 36).
Kedua, prinsip amanah. Pemimpin yang mengaku beriman
dan Islam, harus menjalankan dua jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Yaitu
amanah dari Allah dan Rasul-Nya, berupa kewajiban untuk menjalankan segala
perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya.
Serta amanah dari manusia, yang meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat
hidup manusia sehari-hari. Baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama.
Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia
untuk memimpin, mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan
melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar (Qs. al-Anfâl [8]: 27-28, dan
ayat-ayat lainnya yang bermakna sama).
Ketiga, prinspip ilmu dan profesionalitas. Prinsip
ilmu maksudnya semua pekerjaan harus dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan
(Qs. al-Isrâ` [17]: 36). Imam Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang
menginginkan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan
akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan kedua-duanya,
maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmû’ Imam an-Nawawi).
Keempat, prinsip keadilan. Allah Maha Adil dan
sangat mencintai keadilan. Dia telah banyak emberi perintah manusia untuk
berbuat adil (seperti Qs. an-Nisâ` [4]: 135, dan al-A’râf [7]: 29).
Kelima, prinsip etos kerja/kedisiplinan. Islam
adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha, di samping berdoa. Karena
Allah tak akan merubah suatu kaum, selain mereka merubahnya sendiri (Qs.
al-Anfâl [7]: 53). Manusia juga diperintahkan untuk mencari karunia Allah (Qs.
al-Jumu’ah [62]: 10). Lalu diperintahkan untuk tidak pasrah (Qs. al-Qashash
[28]: 77).
Keenam, prinsip akhlaqul-karîmah, seperti
diteladankan Rasulullah (Qs. al-Qalam [68]: 4). Allah telah menyampaikan, jika
manusia ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan
meneladani akhlak beliau (Qs. al-Ahzâb [33]: 21).
Bahan Bacaan:
Stephen R Covey, The 7 Habits of Highly Effective
Person, 1989
Warren Bennis, Managing People is like Herding Cats,
1997
American Management Association, Eighteen Manager Competencies,
1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar